TARAKAN, KATA NALAR – DPD Partai Demokrat Kalimantan Utara (Kaltara) melakukan rapat pimpinan daerah (Rapimda) guna membahas agenda politik selama tahapan pemilihan kepala daerah (pilkada) 2024 mendatang.
Rapat tersebut dihadiri oleh unsur pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Kaltara serta dewan pimpinan cabang (DPC) se-Kaltara, Jumat, 17 Mei 2024 di Hotel Tarakan Plaza.
Ketua DPD Demokrat Kaltara, Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si membeberkan bahwa pada rapat itu membahas sejumlah hal yang menjadi kerja-kerja partai, di antaranya komunikasi antar partai dan figur.
Pada kesempatan itu juga Yansen menekankan pentingnya etika organisasi menghadapi pilkada, utamanya terkait tingkatan hierarki dari kabupaten/kota hingga pusat partai.
“Kami punya etika dan kaidah dalam organisasi bahwa pilkada ada tingkatan, kabupaten/kota, provinsi sampai ke pusat. Kaitan dengan ini ada pengaruh. Di kabupaten, DPD bisa bicara, kemudian DPP menentukan,” ujar Yansen TP saat diwawancarai katanalar.com, Sabtu, 18 Mei 2024 di Swiss-Bell Hotel Tarakan.
Yansen menegaskan, Demokrat Kaltara solid mendukung dirinya untuk maju pada kontestasi pilkada kaltara sebagai calon gubernur. Kata dia, hal itu juga merupakan bentuk kepatuhan terhadap instruksi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Demokrat.
Mantan Bupati Malinau dua periode itu menyatakan bahwa partai berlambang mercy ini tak ingin menciptakan narasi yang membingungkan publik selama tahapan pilkada. Sebab, menurutnya, politik harus menjadi sarana edukasi masyarakat sehingga tidak sekadar menjadi bahan konsumsi publik. Hal ini juga dimaksudkan agar menjaga keseimbangan komunikasi politik sehingga tidak melahirkan isu-isu liar di masyarakat.
“Berkenaan dengan provinsi kemarin, salah satu calon di Demokrat, kami harus mengambil sikap itu, mendengar pusat dulu, kami sepakat tidak membangun narasi berkenaan pilkada. Sekian bulan berlangsung, tidak membuat simpang siur informasi politik. Berkenaan dengan komunikasi politik. Untuk menjaga jangan sampai ada isu tak terkendali. Kita ingin politik tak sekadar menjadi konsumsi publik yang seksi. Politik wajib mendidik masyarakat. Keputusan kami, tegas. Pertama, Demokrat secara kelembagaan harus menunjukkan sebagai partai yang dewasa,” tuturnya.
“Kedua, kekuatan kita secara politik, kursi pada tingkatan tertentu bisa mengusung. Untuk mengajukan calon kepala daerah. Untuk Kaltara, pembahasan alot dan dinamis dengan seluruh DPC. Kader utama didorong maju di kontestasi Pilgub Kaltara,” sambungnya.
Disinggung soal calon wakilnya, Yansen mengatakan penentuan calon wakil mempertimbangkan elektabilitas, kemampuan, dan pemahaman tentang Kaltara. Proses penjajakan wakil itu pun masih terus dilakukan oleh DPC.
Ditekankan pula bahwa pentingnya menentukan wakil yang tepat dengan memperhatikan kriteria berdasarkan kualitas dalam menyelenggarakan pemerintahan.
“Saya menerimanya sebagai tanggung jawab. Soal wakil masih berproses. Kalau menurut saya dinamika politik yang santun, di saat kita mendaftar, tidak lagi bicara pasang-pasangan. Ketika kita maju kita sudah punya format. Itu menandakan kelemahan, jangan dikaburkan dengan cara seperti itu. Orang yang dipilih ada orang yang tepat, dinilai mampu berkinerja dalam konteks politik. Mudahan wakil tak diperdebatkan. Secara spiritual, emosional, intelektual, bisa menjadi penyelenggara pemerintahan. Kalau kita tak letakkan atau bicara selektif, tapi bisa menyatu membangun Kaltara. Dalam artian mampu. Soal wakil juga saya sampaikan, tolong beri saya keleluasaan menilai,” sebutnya.
Menanggapi isu politik identitas yang dihembuskan menjelang pilkada mendatang, Yansen menyebut hal itu merupakan bentuk ketidak kedewasaan dalam berpolitik. Menurutnya, saat ini adalah momentum yang tepat dalam merekatkan semangat kebangsaan untuk membangun Kaltara.
“Saya sebagai anak bangsa yang sudah bertumbuh dalam dunia politik kita, hidup dalam dunia sosial masyarakat, Indonesia hidup dalam keberagaman, ada simbolnya, Bhineka Tunggal Ika. Ketika kita mempersoalkan itu, kita pertanyakan itu. Kenapa kita mau mempersoalkan itu, saya menjadi apa setelah suku, saya menjadi apa setelah agama. Kan enggak bisa begitu. Perbedaan itu tak perlu disoalkan. Yang perlu kita ciptakan semangat kebangsaan membangun Kaltara. (Kalau dipersoalkan) Yang menanti kita perpecahan. Bangun kesadaran kita. Perbedaan itu enggak bisa kita hindari. Saya mengusung Kaltara rumah kita, rumah kita semua,” tegasnya.
Wakil Gubernur Kaltara ini juga memberi atensi kepada potensi kader untuk maju dalam pilkada di tingkat kabupaten kota. Nama Wempi Mawa menjadi salah satu kader yang memiliki peluang untuk maju kembali di pilkada Kabupaten Malinau.
Ia berpesan agar pentingnya memilih kader yang mengerti politik dan nilai-nilai kebangsaan untuk mengemban tanggung jawab dalam kepemimpinan.
“Soal potensi kader di DPC. DPC tegas bisa mengusung di Malinau, Pak Wempi Mawa. Justru kalau enggak maju, jadi masalah. Kabupaten/kota lain kita ada kader, masih berhitung soal posisi hari ini. Karena harus mundur, apakah ke kepala daerah atau tetap legislator. Kriteria orangnya teknokrat, memahami politik. Nasional, religius, memahami nilai-nilai kebangsaan,” pungkasnya.