TARAKAN, KATA NALAR – Pada segmen ketiga debat perdana Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tarakan periode 2024-2029, paslon Kharisma mendapat terkait isu kesehatan.
Pertanyaannya terkait dengan angka kematian bayi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tarakan menunjukkan, angka kematian bayi meningkat. Jumlah kematian bayi tahun 2019 tercatat sebanyak 6 kasus. Sementara di tahun 2022-2023 tercatat 7 kasus.
Pertama Khairul menjawab, kematian bayi umumnya berawal dari proses kehamilan karena orangtua yang jarang memeriksakan kehamilan di fasilitas kesehatan sehingga berpotensi meningkatkan risiko kehamilan dan melahirkan bayi tidak sehat.
Karena itu, pihaknya bakal mengaktifkan kembali Posyandu setelah tak optimal beroperasi lantaran pandemi Covid-19. Hal ini merupakan upaya agar ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan.
“Peran nakes, kader kesehatan, kader dasawisma, kader PKK ini harus diaktifkan bagaimana mobilisasi ibu hamil agar mau memeriksakan diri ke Posyandu, puskesmas dan bidan yang membuka praktik,” ungkapnya.
Kedua, pihaknya berkomitmen menyediakan fasilitas kesehatan memadai agar apabila keadaan darurat janin atau ibu hamil, bisa dilakukan pertolongan segera.
Kendati begitu, ia menegaskan tak hanya sisi kuantitas namun kualitas faskes juga harus ditingkatkan.
Adapula program perbaikan gizi ibu hamil melalui program Presiden Prabowo Subianto yakni Makan Siang Gratis (MBG) akan diupayakan tidak hanya anak sekolah.
“Bisa juga untuk ibu hamil dan masyarakat rentan dan didukung sepenuhnya. Dalam jangka panjang berdampak pada penurunan angka kematian bayi dan juga angka kematian ibu yang melahirkan,” urainya.
Calon Wakil Wali Kota Tarakan, Ibnu Saud menambahkan hal paling penting adalah mensosialisasikan melibatkan seluruh kelompok masyarakat. Sehingga, bisa menekan angka kematian bayi ini tak hanya dipandang sebagai takdir.
“Kita harus menyadarkan kesehatan janin ibu hamil menjadi penting karena dari sanalah segala sesuatu sangat bermula,” jelasnya.
Selanjutnya, pada putaran kedua segmen ketiga, Calon Wali Kota Tarakan, Khairul mendapat pertanyaan berkaitan dengan perilaku buang air besar (BAB) sembarangan.
Berdasarkan data Dinkes Tarakan tahun 2023 dari 20 kelurahan menunjukkan hanya satu kelurahan yang patuh terhadap perilaku bebas buang air besar sembarangan atau BABS. Dampak pencemaran lingkungan dari perilaku BABS dapat menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang merusak kualitas hidup masyarakat.
Khairul lantas menjawab strategi yang bisa diterapkan mengatasi persoalan BABS adalah dengan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Sebagai kota pulau yang dikelilingi wilayah laut, perilaku BABS ini marak dilakukan dirumah warga kawasan pesisir dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
“Edukasi dari pemerintah, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan stakeholder terkait memberikan penyadaran,” ujarnya.
Karena itu, perlu penyediaan fasilitas septic tank dikelola secara komunal oleh masyarakat pesisir sehingga tidak buang air besar langsung ke laut.
Sementara diwilayah daratan, program bedah rumah yang telah berjalan akan ditingkatkan termasuk penyediaan mandi cuci kakus (MCK).
“Paling penting edukasi pendidikan dan sosialisasi dampak tidak hanya berdampak pada estetika tapi juga kesehatatan,” jelasnya.
Calon Wakil Wali Kota Tarakan, Ibnu Saud menambahkan, perilaku BABS sangat terkait dengan kesadaran bersama. Dalam rangka menyadarkan semua harus terlibat. Paling penting juga kehadiran negara.
“Kembali dijelaskan misalnya aktifkan kader posyandu. Walaupun ada Posyandu tapi tenaga tidak terampil, ini juga masalah. Maka tenaga Posyandu harus terampil. Salah satunya upgrading skill tenaga terampil kita yang bersentuhan dengan masyarakat,” tukasnya. (*)