Dark
Light
7 bulan ago
54 views

Kebangkitan Nasional: Semangat Pemuda Menyejarah

Dr. Yansen TP., M.Si – Wakil Gubernur Kalimantan Utara

KATA NALAR – Setiap tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hari bersejarah sebagai tonggak awal menandai proses panjang perjuangan merebut kemerdekaan. Hari Kebangkitan Nasional sejatinya diperingati untuk mengenang sejarah berdirinya Boedi Oetomo pada 1908 yang menjadi pijakan awal proses kristalisasi semangat persatuan nasional.

Boedi Oetomo pun menjadi organisasi pertama yang bertujuan meningkatkan martabat bangsa melalui pendidikan dan persatuan. Di awal abad ke-20 kala itu, kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai tumbuh di kalangan kaum muda Indonesia.

Lahirnya organisasi itu menumbuhkan kesadaran kolektif bangsa akan pentingnya persatuan dan perjuangan untuk kemerdekaan. Kendati begitu, kesadaran itu tidak terbentuk semalam, perlu melalui proses panjang yang melibatkan pendidikan, perdebatan intelektual, dan perjuangan politik.

Memaknai sejarah monumental tersebut, Dr. Yansen TP., M.Si mengatakan bahwa sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia memiliki rangkaian proses yang unik. Semangat kebangkitan nasional di Indonesia justru telah ada jauh sebelum negara ini terbentuk.

“Berbagai catatan sejarah membuktikan bahwa Indonesia memiliki semangat yang tumbuh melahirkan euforia untuk merdeka melalui proses yang sangat unik sekali. Indonesia memiliki semangat kebangkitan nasional justru jauh lahir Sebelum menjadi sebuah negara,” tuturnya.

Kata Yansen, melalui gerakan Boedi Oetomo lah 20 tahun kemudian mengilhami sebuah ikrar paling berpengaruh pada perjuangan pendirian bangsa Indonesia yakni, Sumpah Pemuda.

“Lahir lah semangat pemuda kebangkitan nasional yang pertama tahun 1908. Lalu melahirkan Sumpah Pemuda 20 tahun kemudian,” katanya.

Kendati di tahun 1908 menjadi momentum penting pendirian republik ini, namun, perasaan sebagai sebuah negara dan bangsa telah lama ada. Menurut Yansen, cita-cita dan ide tentang satu bangsa yang senasib sepenanggungan dihayati oleh seluruh rakyat ketika hidup dibawah penjajahan.

“Sesungguhnya jauh sebelum tahun 1908 perasaan sebagai sebuah negara atau sebuah bangsa sudah lahir. Di antara pemuda-pemuda yang merasa memiliki satu perasaan yang sama, sebagai sebuah bangsa yang memiliki nasib yang sama di bawah penjajah. Ketika itu mereka merasakan sebagai bangsa yang tertindas tereliminasi dalam kehidupan masyarakat ketika itu,” urainya.

Menurutnya, sejarah perjuangan bangsa Indonesia adalah sejarah para pemuda. Karena itu, untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negara, para pemuda harus disiapkan menjadi pemimpin masa depan, terlebih Indonesia akan menghadapi bonus demografi 2045.

“Kita berharap kebangkitan nasional terus mewarnai kehidupan generasi bangsa agar menjadi penerus estafet kepemimpinan nasional. Kita tahu di tahun 2045 akan terjadi bonus demografi yang besar, golden age kalau sudah tiba dan itu artinya pemuda-pemuda bangsa yang hari ini adalah generasi milenial generasi Z (yang akan melanjutkan),” lanjutnya.

Yansen pun berpesan agar semua pihak turut bertanggungjawab membimbing generasi muda menjadi pemimpin masa depan. Sehingga generasi muda bisa melanjutkan pembangunan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan yang ada.

“Bentuklah generasi muda kita untuk menerima kepemimpinan dan kehidupan berbangsa mereka. Agar bisa melestarikan nilai-nilai dan keberlangsungan kehidupan berbangsa sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku terutama yakni pancasila, undang-undang dasar,” pungkasnya. (*)

Don't Miss