TARAKAN, KATA NALAR – Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Tarakan, Khairul dan Ibnu Saud menjalani debat penajaman visi-misi kedua, Rabu malam 20 November 2024 di Hotel Tarakan Plaza.
Debat kedua sekaligus terakhir yang diselenggarakan KPU ini mengusung tema “Peningkatan Infrastruktur yang Berwawawan Lingkungan Melalui Komoditas Perikanan Unggul Untuk Memajukan Kota Tarakan”.
Di segmen pertama, paslon dengan akronim Khairul-Ibnu Saud Sejahterakan Masyarakat (Kharisma) ini mendapatkan pertanyaan seputar penanganan banjir dan normalisasi saluran drainase.
“Infrastruktur drainase dan penampungan air sangat penting untuk mencegah banjir dan kekeringan di perkotaan. Sistem ini membutuhkan saluran pembuangan yang memadai serta fasilitas seperti kolam pretensi, embung dan sumur resapan untuk mengelola air hujan secara efektif. Dengan curah hujan tinggi dan lahan terbatas infrastruktur ini menjadi prioritas di kota Tarakan terutama di beberapa titik rawan banjir. Namun, kapasitas drainase belum optimal sebagaimana diidentifikasi dalam rancangan teknokratik RPJMD 2025-2029,” ujar moderator membacakan pertanyaan panelis kepada paslon Khairul dan Ibnu Saud.
“Bagaimana langkah paslon untuk membangun kolaborasi strategis terintegrasi dan memastikan anggaran guna memastikan drainase dan penampungan air di kota Tarakan demi lingkungan berkualitas dalam mendukung aktivitas masyarakat,” sambungnya.
Menjawab pertanyaan itu, Khairul mengatakan persoalan banjir ini menjadi salah satu program prioritas Kharisma untuk periode 2024-2030. Karena melihat bahwa Tarakan dalam 5 tahun terakhir, walaupun upaya-upaya penanganan banjir sudah kita dilakukan tetapi masih juga terdapat beberapa area-area genangan seperti misalnya di Karang Anyar, Karang Harapan, Kampung Enam, dan di Gunung Lingkas.
“Saya kira memang dibutuhkan sebuah penanganan terintegrasi. Harapan kita sebenarnya disatu sisi Tarakan pada kesempatan tertentu juga kekurangan air, di satu sisi kalau hujan drainasenya tidak mampu. Oleh karena itu, kedepan perlu dibangun folder-folder baru untuk menampung air hujan, untuk mengurangi genangan ditempat-tempat tertentu,” ujarnya.
Kedua, lanjut Khairul, pihaknya juga sedang merencanakan untuk membuat sebuah sistem pompanisasi untuk daerah-daerah yang secara lahan sudah sulit untuk dilakukan pembebasan karena banyaknya bangunan-bangunan permanen dan tentu akan merusak struktur ekonomi apabila menggunakan strategi itu. Karena itu, kebijakan terbaik dinilai melalui sistem drainase dan pompanisasi.
“Terakhir saya kira diperlukan recycling kembali air-air ini yang dibutuhkan oleh PDAM untuk menjadi sumber air baku kedepan,” katanya.
Disamping itu, menurut Khairul daerah resapan air banyak terganggu sehingga perlu dilakukan reboisasi sebagai salah satu upaya menormalisasi resapan-resapan air.
“Sehingga, bisa kembali menampung air-air yang berlebihan dan insyaallah ini juga akan menjadi sumber mata air buat kota Tarakan yang akan digunakan pada musim-musim tertentu,” lanjut Khairul.
Sementara itu, Ibnu Saud menambahkan, jika hanya pemerintah yang ada didepan untuk menangani persoalan banjir akan sulit tanpa keterlibatan masyarakat secara luas.
Karena itu, menurutnya, perlu upaya membangun kesadaran masyarakat bahwa selain karena faktor jumlah drainase yang kurang, budaya membuang sampah sembarangan menjadi sebab terjadinya banjir perlu diselesaikan.
“Saya rasa membangun kembali budaya gotong-royong dan kesadaran bahwa kesehatan itu penting harus kita kembali kembangkan dimana selain ini baik untuk kesehatan, kedua, sumbatan-sumbatan atau bottle neck diberbagai drainase yang ada di kota Tarakan dapat diminimalisir,” tandasnya. (*)