Dark
Light
3 bulan ago
44 views

Pemimpin Abai Pada Janji, Tokoh Agama: Masuk Sifat Munafik dan Cacat Moral

Ustadz Dian Sandi Utama, salah seorang tokoh agama Islam dan dosen Instekmuh Tarakan.

TARAKAN, KATA NALAR – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, berbagai calon gubernur, bupati, dan walikota dipastikan akan kembali berlomba mengumbar janji-janji manis kepada masyarakat.

Salah seorang tokoh agama Tarakan, Ustadz Dian Sandi Utama mengingatkan pentingnya masyarakat untuk tidak mudah terjebak oleh retorika dan janji-janji politik yang kerap kali sulit untuk diwujudkan.

Dalam ajaran Islam, kata dia, janji bukan sekadar ucapan kosong, melainkan sebuah amanah yang harus ditepati.

“Islam sangat tegas dalam memandang janji, termasuk janji politik. Mereka yang tidak menepatinya jelas tergolong berdosa, bahkan bisa masuk dalam kategori munafik,” tegasnya Minggu, 29 September 2024.

Menurutnya, sikap semacam ini dalam kategori munafik yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, dan calon pemimpin yang memiliki sifat ini sudah menunjukkan cacat moral sejak awal.

Masyarakat, utamanya umat Islam, kata Dian Sandi, harus lebih kritis dalam menyikapi janji politik yang berlebihan.

“Jangan tertipu oleh janji yang terdengar bombastis dan luar biasa. Penting untuk mempertanyakan, apakah janji-janji ini benar-benar realistis?. Apakah calon pemimpin ini memiliki rekam jejak dan kemampuan untuk merealisasikannya?” katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa banyak calon pemimpin yang menggunakan strategi janji sebagai alat untuk mendapatkan dukungan, tanpa niat yang jelas untuk menepatinya.

“Dalam Islam, janji itu sakral. Jika sejak awal sudah ada niat untuk tidak menepati, ini jelas menandakan sifat munafik, dan masyarakat harus menyadari bahwa memilih pemimpin seperti itu berarti menyerahkan masa depan mereka pada sosok yang tidak memiliki integritas,” tutur Dosen Agama Islam Institut Teknologi Muhammadiyah Tarakan ini.

Dian menyoroti bahwa masyarakat sering kali menjadi korban dari janji-janji yang diucapkan saat kampanye, namun kemudian diabaikan setelah para calon ini terpilih.

“Masyarakat seolah-olah dipermainkan setiap kali ada pemilihan. Mereka dijanjikan kesejahteraan, kemakmuran, tetapi setelah terpilih, para pemimpin ini malah abai,” ujarnya dengan nada kritis.

Ia pun mengimbau agar masyarakat muslim memilih pemimpin yang realistis, yang janjinya sedikit namun bisa dipegang dan dibuktikan.

“Jangan pilih yang banyak janji tapi tidak ada buktinya. Mereka yang sedikit berjanji tapi konsisten dan bisa menunjukkan hasil adalah yang lebih layak memimpin,” jelas Dian.

Lebih jauh lagi, Dian menyampaikan bahwa masyarakat harus mulai mempertanyakan dan menagih janji-janji politik yang tak kunjung dipenuhi.

“Dalam Islam, kita dianjurkan untuk menegakkan kebenaran. Jika pemimpin ingkar janji, masyarakat punya hak untuk mengingatkannya, bahkan mendesak agar janji itu ditepati,” tegasnya.

Terakhir, Dian mengingatkan bahwa setiap pilihan pemimpin akan membawa konsekuensi bagi kehidupan masyarakat.

“Jangan sampai janji-janji politik yang tidak realistis justru membawa masyarakat pada kekecewaan dan penderitaan. Pilihlah dengan bijak, karena janji seorang pemimpin adalah cerminan dari integritas dan tanggung jawabnya,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Don't Miss